Jumat, 02 November 2012

Sinopsis Novel BURUNG – BURUNG MANYAR


SINOPSIS NOVEL BURUNG – BURUNG MANYAR


Pada masa pemerintahan KNIL Belanda, kehidupan keluarga Teto (Setadewa) sangat berkecukupan. Dia dilahirkan dari keluarga terpandang. Segala kemauannya selalu dituruti oleh kedua orang tuanya. Ayahnya, Letnan Barjabasuki, adalah salah seorang Letnan tamatan Akademi Militer Breda di Belanda dan menjabat kepala Garnisun Devisi II di Magelang. Itulah sebabnya, Teto bebas bergaul dengan orang-orang inlander, anak-anak Belanda ataupun Indo-Belanda.
Kedua orang tua Teto bukanlah orang biasa. Ayahnya masih keturunan bangsawan keraton, sedangkan ibunya keturunan Indo-Belanda. Masa kecil Teto benar-benar berada dalam kejayaan orang tuanya. Itulah sebabnya Teto merasa sangat bangga pada ayahnya. Dia bercita-cita menjadi tentara KNIL Belanda seperti ayahnya. Ia beranggapan bahwa dengan bergabung dan mengabdi pada KNIL Belanda, maka kehidupanya akan menjadi lebih baik. Ia akan disegani, serta di hormati oleh masyarakat sekitarnya.
Karena masa kecilnya, yaitu zaman tentara KNIL Belanda, Teto hidup dalam kemewahan, maka ketika Jepang berhasil mengusir tentara KNIL Belanda dari Indonesia Teto merasa terpukul. Kehidupan keluarganya berubah menjadi kacau. Ayahnya ditangkap dan disiksa oleh tentara-tentara Jepang. Ia hampir dibunuh oleh tentara Jepang, kalau saja ibunya tidak menyelamatkanya. Ketika pimpinan tentara Jepang memberi pilihan pada ibunya untuk menjadi wanita penghibur pimpinan tentara Jepang atau nyawa suaminya akan melayang, ibu Teto memutuskan untuk menjadi wanita penghibur demi menyelamatkan nyawa suaminya. Berkat pengorbanan istrinya itu, Letnan Barjabasuki atau ayah Teto selamat serta dibebaskan oleh tentara Jepang.
Betapa hancur hati Teto menyaksikan kenyataan itu. Dia merasa gusar dan sangat dendam kepada tentara Jepang. Perlakuan tentara Jepang terhadap kedua orang tuanya dan telah menghancurkan rasa gemilang keluarganya melekat terus dalam hatinya. Dia bertekad untuk membalas semua perlakuan tentara Jepang tersebut sampai kapanpun.
Tiga tahun kemudian, Jepang hengkang dari Indonesia dan tentara KNIL dari Belanda datang kembali ke Indonesia dengan berlindung di balik tentara sekutu. Teto sangat gembira menyambut kedatangan mereka. Dia gembira sebab cita-citanya menjadi seorang tentara KNIL Belanda dapat menjadi kenyataan. Ia pun langsung bergabung dengan tentara KNIL. Berkat bantuan seorang mayor bernama Verbruggen, dia diterima menjadi tentara KNIL.
Betapa bangga hati Teto ketika dia menjadi tentara KNIL Belanda. Dia bekerja dengan penuh disiplin. Semua tugas yang dibebankan pimpinannya kepada pemuda itu selalu dapat diselesaikan dengan baik. Itulah sebabnya ia sangat di sayang oleh pimpinannya. Hanya dalam waktu dua bulan, dia diangkat menjadi komandan patroli dengan pangkat Letnan dua.
Lain nasib Teto, lain pula nasib ibunya, Maurice yang mempunyai nasib yang naas. Kerena tak tahan menanggung penderitaan lahir dan batin, ia mengalami gangguan jiwa dan menjadi pasien tetap di sebuah rumah sakit jiwa di Bogor. Sedangkan nasib Letnan Barjabasuki, ayah Teto, tidak jelas. Namun, menurut informasi Mayor Verbruggen, dia bergabung dengan tentara Republik. Dengan demikian, dia termasuk buronan tentara KNIL Belanda. Ini berarti bahwa Letnan Barjabasuki menjadi buronan anaknya sendiri, Letnan dua Teto.
Kejayaan Letnan dua Teto sebagai komandan patroli tentara KNIL Belanda tidak berjalan lama. Tentara KNIL Belanda makin lama makin lemah. Perlawanan rakyat Republik Indonesia terhadap gempuran-gempuran mereka tidak pernah surut. Lama-kelamaan tentara KNIL Belanda menjadi frustasi. Belanda yang hendak menguasai seluruh wilayah Indonesia akhirnya mengalah dan memutuskan kembali ke negerinya.
Kekalahan tentara KNIL Belanda membuat hati Teto menjadi ciut. Dia merasa malu pada dirinya, malu terhadap Larasati wanita yang sangat dicintainya. Bila Larasati berjuang membela bangsanya sendiri, dia malah membela musuh. Pada saat itu Larasati mengabdi di depertemen luar negeri. Kerena perasaan malunya itu, Teto memutuskan untuk keluar dari Indonesia dan berangkat ke Amerika. Di negara tersebut, dia masuk Universitas Harvard mengambil jurusan komputer dan mendapat gelar doktor.
Setamat dari Universitas Harvard, Teto bekerja di sebuah perusahaan besar di Amerika bernama Pacifik Oil Wells Company sebagai tenaga analisis komputer. Perusahaan Pacifik Oil Wells Company tempat ia bekerja menjalin hubungan kerja sama dengan pemerintah Indonesia. Selama bekerja di perusahaan itu, kesejahteraan Teto sangat terjamin. Bahkan, ia kemudian menikah dengan Barbara, putri salah seorang direktur perusahaan itu. Namun semua itu tidak membuat hatinya tenang. Dia tidak bahagia hidupnya di negeri orang. Hatinya terus bergejolak untuk kembali ke tanah air. Dia sangat merindukan orang-orang yang dicintainya. Dia teringat kepada ibunya. Dia juga rindu pada Larasati, kekasih yang sangat dicintainya itu. Hasrat Teto kembali ke tanah air semakin menjadi-jadi ketika dia menemukan kecurangan di perusahaan tempat dia bekerja. Dia bertekat membuka kecurangan tersebut. Apapun resikonya walaupun harus di berhentikan dari pekerjaannya.
Akhirnya, Teto benar-benar kembali ke Indonesia setelah ia bercerai dengan Barbara. Sesampainya di tanah air hatinya gelisah. Perasaannya bergelora ketika melihat perkembangan Indonesia. Tanah airnya telah mengalami kemajuan pesat di berbagai bidang. Ia juga mengingat semua kejadian yang pernah dialaminya. Dia mengingat dirinya yang telah salah langkah dan berjuang membantu pihak Belanda, dan bukan membantu tanah airnya sendiri. Dia juga ingat akan kejayaannya semasa ia masih bersama kedua orang tuanya. Dia juga ingat bagaimana ibunya berkorban demi menyelamatkan nyawa ayahnya.
Dia juga teringat Larasati, kekasih yang sangat dirindukannya. Semua itu berkecamuk dalam hatinya. Dia merasa malu kepada Larasati dan takut bertemu dengannya. Namun ia sangat merindukannya. Dua perasaan yang saling bertentangan berkecamuk dalam dadanya.
Secara diam-diam, Teto menghadiri acara presentasi gelar dokter yang akan dilakukan Larasati di Jakarta. Selama presentasi tersebut, dia hanya diam dan bersembunyi di balik orang-orang yang hadir. Setelah selesai membacakan disertasinya, Larasati mendapat sambutan yang hangat dari semua yang hadir. Ketika orang-orang berebutan memberi ucapan selamat kepadanya, Teto tidak berani melakukannya. Padahal, dia sangat ingin menyentuh tangan kekasaihnya itu. Perasaan malu dan bersalah dalam dirinya semakin memuncak saat dia mendengar disertasi yang dibacakan Larasati. Disertasi itu membahas tentang burung-burung manyar dan tingkah lakunya. Dia begitu malu sebab tingkah laku burung-burung manyar itu persis seperti tingkah laku dirinya.
Walaupun Teto berusaha keras untuk tidak menemui Larasati, namun nasib berkehendak lain karena keesokan harinya, Larasati dan suaminya datang ke rumahnya. Betapa terkejutnya Teto melihat kedatangan mereka, hatinya berdebar-debar ketika bertatapan mata dengan wanita yang sangat dicintainya itu. Sebenarnya, Larasati pun memiliki perasaan yang sama. Bagaimanapun dia pernah menaruh hati kepada Teto ketika mereka masih remaja. Teto menyadari bahwa ia pun masih mencintai Larasati. Namun, Larasati kini telah menjadi milik Janakatamsi, anak seorang Direktur Rumah Sakit Jiwa Keramat. Di rumah sakit itulah, ibunya dirawat sampai akhir hayatnya.
Janakatamsi memahami bahwa antara istrinya dan Teto terdapat kisah tertentu. Dengan bijaknya, dia menawarkan kepada Teto untuk menjadi kakaknya. Mendengar ajakan tersebut, hati Teto menjadi terharu dan dia pun menerimanya.
Atas ajakan Janakatamsi, Teto mengunjungi rumah ibu Antana, ibunya Atik di Bogor. Kedatangan Teto di sambut hangat oleh ibu Antana. Ia memang sudah mengenalnya sebab sejak kecil keluarga Atik telah bersahabat dengan keluarga Teto. Kedua keluarga itu sering saling mengunjungi.
Ketika diberi tahukan tentang kecurangan perusahaan tempat Teto bekerja, Janakatamsi mendukung niat Teto untuk membongkar kasus kecurangan yang terjadi dalam perusahaan Pacifik Oil Wells Company. Atas bantuannya pula Teto berhasil membongkar kecurangan keuangan yang dilakukan perusahaan asing tersebut walaupun kemudian dia diberhentikan dari perusahaan itu.
Belum habis kesedihan Teto akibat pemutusan hubungan kerja tersebut, datang lagi kesedihan baru. Larasati dan suaminya meninggal dunia karena kecelakaan pesawat sewaktu berangkat ke Mekah untuk menunaikan ibadah haji. Pesawat mereka jatuh di Colombo. Demi membalas kebaikan yang telah diberikan Atik dan suaminya, Teto memutuskan untuk mengasuh ketiga anak Atik. Dia berjanji untuk menjaga dan mendidik mereka menjadi anak yang berbakti pada bangsa dan negara.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar