Sabtu, 03 November 2012

Cerita Hikayat Kancil dan Buaya


KANCIL DAN BUAYA
Hikayat Sang Kancil menipu Buaya.
Pada suatu hari yang tenang,terlihat Sang Buaya sedang bergembira melompat-lompat dan bermandi manda sementara rakan-rakannya sedang tidur.Sungguh seronok Sang Buaya.
Setelah selesai bermain dan mandi, Sang Buaya pun pergi ke pokok untuk berehat seketika.Ketika ia hendak duduk,ia telah terduduk di atas kulit durian.
Adoi!!Kurang asam.Siapa yang membuang kulit durian di sana sini.Pakailah tong sampah!,”kata Sang Buaya menahan sakit.
Lalu di baling nya kulit durian itu lalu termasuk ke dalam mulut kawannya.
Sementara itu,kelihatan Sang Kancil yang sedang berjalan-jalan mencari makanan.Setelah mencari ke sana-sini,ia pon terlihat Sang Buaya sedang enak tidur di tepi sungai.Ia jugak telah terlihat sepohon pokok jambu di seberang sungai itu.
Emm,nyenyaknya Buaya-buaya itu tidur,”kata Sang Kancil melihat Buaya.
Alangkah sedapnya buah itu,aku sedang kelaparan.Baik aku pergi ke sana untuk makan,”kata Sang Kancil.
Ketika Sang Kancil hendak berkira-kira untuk melintas,Sang Ikan telah menegurnya.
Jaga-jaga Kancil,jangan disangka air yang tenang tiada buaya,” kata Sang Ikan.
Saya tak takut,Buaya semua sedang nyenyak,”kata Sang Kancil.
Iya Kancil,tapi air sungai ini dalam Kancil,tentu engkau akan hanyut.Saya ingatkan saja.Jumpa lagi,”kata Sang Ikan lagi lalu Sang Ikan berenang kembali ke dalam sungai.
Terima kasih Ikan,baik betul Ikan,kalau tidak tentu aku susah,”kata Sang Kancil. “Bagaimana hendak menyeberang sungai?Hah,aku ada satu akal,”kata Sang Kancil.
Lalu Sang Kancil pun pergi menegur Sang Buaya.
Sang Buaya,Sang Buaya,“panggil Sang Kancil.Namun Sang Buaya tidak menyahut.Lalu Sang Kancil menjerit lagi,”Sang Buaya!!,”jerit Sang Kancil.
Sang Buaya yang sedang enak tidur pun terkejut lalu melompat.
Engkau Kancil,nasib baik aku tak meninggal.Hilang semangat aku.Berani kau Kancil,tak tahu ke buaya suka makan daging kancil,”kata Sang Buaya.
 Iya Sang Buaya,tapi aku ada pesanan penting dari orang kaya,”kata Sang Kancil. “Pesanan penting??,”kata Sang Buaya.
Ya Sang Buaya.Orang kaya menyuruh aku mengira binatang-binatang di dalam hutan ini supaya diadakan MAKAN,”kata Sang Kancil.
 MAKAN?,”kata Sang Buaya.
MAKAN?MAKAN?,”kata buaya yang lain bersambung-sambungan sambil meluru ke arah Sang Buaya dan Sang Kancil terkocoh-kocoh.
Ayuh Kancil,kita mula mengira sekarang juga,”sahut Sang Buaya.Namun begitu Sang Buaya telah dilanggar buaya-buaya lain yang gelojoh.
Adoiii,sakitnya,takde disiplin punya buaya,”adu Sang Buaya setelah dilanggar buaya yang lain.
 Buaya-buaya sekalian,berkumpul,”arah Sang Buaya kepada kawan-kawannya. Maka berbarislah buaya-buaya sekalian dengan tertib.
Emm,Sang Buaya,lebih senang dikira sekiranya berkumpul di dalam sungai,mungkin ada yang tertinggal,”kata Sang Kancil.
Ye juge,buaya sekalian,berkumpul di dalam sungai,”kata Sang Buaya sambil mengarah buaya lain.
 Kancil akan mula mengira kamu semua,”kata Sang Buaya kepada buaya yang lain.Sang Kancil pun bersiap sedia untuk mengira bilangan buaya.
 Satu“.Lalu buaya yang pertama terasa geli.Lalu Sang Kancil berkata,”geli konon”.Lalu Sang Kancil terus melompat untuk mengira.
Satu dua tiga lekuk,”kira Sang Kancil.
Jantan betina aku ketuk,”sambung Sang Kancil lagi sehingga ia sampai ke seberang sungai.
 Semuanya berapa Kancil?,”tanya Sang Buaya.
Ada 9 ekor buaya yang bodoh,”kata Sang Kancil. Terkejut lah kesemua buaya.
Hah!!,”jerit kesemua buaya.
Sebenarnya aku hanya hendak menyeberang sungai ini,heheheheh,”ketawa Sang Kancil.
 Jadi tiada lah makan,kita kena tipu,ini semua kau punya pasal,”kata seekor buaya.
Betul!,”sahut buaya yang lain. Lalu larilah Sang Buaya dikejar kawan-kawannya.
 Alamak,nasib baik terlepas.Tunggu kau Kancil,”kata Sang Buaya menahan marah.
Namun begitu,Sang Kancil telah terlambat kerana monyet telah memakan kesemua buah jambu itu sehingga habis.
Melepaslah Sang Kancil yang malang untuk makan.
Sepandai pandai kancil, melepas juga buah jambu.
Bak kata pepatah,sepandai-pandai tupai melompat,akhirnya jatuh ke tanah juga

Tidak ada komentar:

Posting Komentar