Sinopsis Novel – Atheis (Achdiat K. Mihardja)
Judul
: Atheis
Pengarang
: Achdiat K. Mihardja
Tahun
: 1986
Hasan adalah
seorang pemuda yang lahir dari sebuah keluarga yang fanatik terhadap agama
Islam. Maka tak heran jika ia pun juga sangat taat dalam beribadah. Hasan
merupakan pemuda yang lugu dan sangat menghormati orang tuanya. Ia anak yang
berbakti dan menurut terhadap orang tuanya.
Saat hasan
beranjak dewasa, ia melanjutkan sekolahnya ke Bandung. Di sana ia berkenalan
dengan Rukmini dan menjalin hubngan dengannya. Orang tua Hasan merupakan orang
tua dari keluarga raden, untuk itu mereka menyarankan agar Hasan memilih
seorang wanita yang dari kalangannya. Namun Rukmini bukanlah orang dari
kalangan yang sama dengan Hasan, sehingga orang tua Rukmini memintanya untuk
kembali ke Jakarta dan pada akhirnya dinikahkan oleh kedua orang tuanya dengan
seorang saudagar kaya. Hati Hasan sangat sakit. Ia pun merasa kecewa dan patah
hati karena baginya Rukmini adalah seseorang yang baik, soleha dan sangat
cantik. Namun, hal tersebut tidak terus-menerus manjadi beban pikirannya. Sejak
saat itu Hasan menginginkan tingkatan ibadah yang lebih agar ia bisa lebih
dekat dengan sang pencipta. Ia pun mengikuti jejak ayahnya yang menganut ilmu
tarekat.
Suatu hari
Hasan bertemu dengan Rusli yang merupakan sahabat lamanya saat ia masih kecil.
Di sana ia juga melihat seorang gadis cantik yang mempesona Hasan pada pandangan
pertama. Gadis yang bernama Kartini tersebut kemudian dikenalkan oleh Rusli
kepada Hasan. Ternyata Kartini adalah seorang janda. Dahulu ia dinikahkan paksa
oleh kedua orang tuanya dengan seorang yang sudah sangat tua yang harusnya
pantas ia panggil kakek, namun lelaki yang menjadi suaminya tersebut sangatlah
kaya, sehingga saat Kartini bercerai dari lelaki tua tersebut, ia membawa
banyak warisan. Mulai saat itu pun Kartini berniat untuk menjadi seorang wanita
yang tegar dan tangguh. Kartini dan Rusli sangat akrab, namun hanya sebatas
hubungan kakak dan adik saja. Kartini menganggap Rusli adalah orang yang dapat
melindunginya.
Ternyata
sejak pertemuannya tersebut Hasan mulai menaruh hati pada Kartini, ia pun mulai
senang untk berkunjung ke rumah Rusli hanya untuk sekedar bertanya tentang
Kartini. Namun, setiap kali ia ke rumah Rusli, ia pun pasti menjumpai
Kartini di sana. Awalnya ia merasa cemburu dan mengganggap pergaulan
antara Rusli dan Kartini bukan hubungan antara kakak dan adik, melainkan lebih.
Kini hasan tahu bahwa Rusli merupakan seorang yang tidak percaya adanya
Tuhan. Di setiap pembicaraan mereka Hasan selalu tidak bisa mengedalikan diri
saat argumen-argumen yang dikeluarkan Rusli logis adanya. Ia pun sempat emosi
terhadap Rusli. Namun, akhirnya ia menyimpulkan untuk membantu Rusli dan
Kartini ke jalan yang benar.
Usaha Hasan
selalu gagal Karena ia berhadapan dengan orang-orang yang pengetahuannya luas.
Usaha menjadi tidak ada artinya ketika Hasan juga berkenalan dengan teman Rusli
yang lain, yakni Anwar. Anwar adalah seorang atheis, tidak percaya kepada
Tuhan. Karena kepandaian Anwar mempengaruhi Hasan, akhirnya Hasan mulai
terpengaruh. Kesalehan yang selama ini melekat dalam dirinya perlahan-lahan
luntur. Ia mulai meragukan keberadaan Tuhan dan mulai tidak taat beribadah.
Kepercayaannya
terhadap tuhan benar–benar luntur saat ia menjalin hubungan dengan Kartini. Ia
semakin menjadi sosok pribadi yang tidak pernah ia bayangkan sebelumnya. Di
mata Hasan, sosok Kartini sangat mirip dengan Rukmini, kekasihnya yang
sudah dijodohkan oleh orang tuanya. Hasan dan Kartini pun akhirnya menikah .
kedua orang tua Hasan tidak menyetujui pernikahan tersebut. Namun tekad Hasan
sudah bulat. Ia tetap akan menikahi Kartini meskipun orang tuanya tidak
merestui bahkan mengusirnya dan tidak lagi menganggap Hasan sebagai anaknya.
Pernikahan dipahami Hasan sebagai perasaan suka sama suka.
Pernikahan
Hasan dan Kartini selalu diwarnai dengan pertengkaran. Sikap kartini yang
menganut faham kebebasan membuat Hasan tidak terima dan menganggap Kartini
sebagai seorang wanita yang tidak bisa menghargai suaminya. Ia pun seringkali
memukuli Kartini karena kecemburuannya terhadap sikap Kartini dan sikap Anwar.
Hasan merasa bahwa di belakangnya, istrinya tersebut berselingkuh dengan Anwar.
Kartini tetap saja mengelak. Hingga pada akhirnya mereka pun bercerai. Karena
persoalan-persoalan inilah Hasan kembali membutuhkan kekuatan Tuhan. Kesadaran
inilah yang membuat Hasan merasa berdosa tidak hanya kepada orangtuanya tetapi
juga kepada Allah. Ia menyesal telah meninggalkan nilai-nilai keagamaan dalam
dirinya.
Setelah ia
bercerai dengan Kartini ia pun pulang ke rumahnya. Untuk bertemu dengan kedua
orang tuanya dan meminta maaf atas apa yang telah ia perbuat. Ia ingin bersujud
di kaki ayahnya yang ternyata tengah sakit parah. Ayahnya tidak sudi dan tidak
menerima semua permintaan maaf yang Hasan ucapkan. Ia pun menyuruh Hasan untuk
pergi dari rumahnya.
Lalu saat ia
pergi ke sebuah hotel ia mendapatkan fakta bahwa pada hari saat ia dan istrinya
bertengkar, dan istrinya kabur dari rumah. Anwar dan Kartini berada dalam satu
kamar. Semakin memuncak kemarahannya saat ia mengetahui bahwa istrinya berusaha
menolak Anwar seperti yang diucapkan oleh pelayan di hotel tersebut. Ia pun
pergi mencari Anwar hingga tengah malam. Ia tidak sadar bahwa saat itu telah
terjadi jam malam sehingga ia pun tertembak oleh peluru yang menembus
punggungnya. Ia pun tewas di tempat kejadian dengan penuh rasa sesal.
Sinopsis Novel yang lain baca di Daftar Entry >>>>
(Thanks For Visiting)
www.edyindo.blogspot.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar