Sinopsis Novel “Dia Tanpa Aku”
Ronald, cowok kelas 2 SMA, sudah lama naksir Citra
yang masih kelas 3 SMP. Tapi Ronald belum mau PDKT. Ia mau menunggu Citra masuk
SMA, maka dari itu sepulang sekolah Ia selalu mengajak sahabatnya, Andika
ke sekolah Citra untuk mengamati Citra dari kejauhan. Segala
informasi-informasi seputar Citra seperti hobi, cita-cita dan bahkan foto
tersimpan di buku catatannya. Keisengan Citra lah yang mempertemukannya dengan
Ronald, tapi hanya sebatas pertemuan dan Citra tidak sempat tau nama Ronald.
Waktunya menyambut Citra di SMA untuk mengungkapkan
isi hatinya telah di persiapkannya dengan menabung uang untuk membeli baju dan
sepatu khusus yang akan di persembahkannya untuk Citra, bahkan Ia rela membawa
lontong dan bakwan udang ke sekolah untuk di jual kepada teman-temannya.
Saat yang di tunggu Ronald selama berbulan-bulan akhirnya
tiba. Citra masuk SMA. Namun Ronald kecewa karena ternyata Citra masuk ke SMA
yang sama dengan adiknya, Reinald dan sekelas pula. Ronald memutuskan untuk
menemui Citra alasannya karena Ia takut keburu direbut orang. Namun keinginan
dan harapan Ronald untuk menemui Citra tidak terwujud. Di temani Andika,
Ronald pergi ke rumah Citra. Tepat di depan gang rumah Citra, Andika
menyerahkan buket bunga yang masih mekar. Usai itu Ronald berbalik dan semuanya
seakan menjadi hitam, kelam dan tenggelam. Ronald tewas ketika mobil sedan
dengan kecapatan maksimum datang dari arah yang tak di duga.
Sejak kematian Ronald, Reinald sangat terpukul.
Sempat timbul kebencian di hati Reinald pada Citra. Reinald selalu menganggap
kalau Citra lah yang membunuh abangnya. Kebencian Reinald mulai membara ketika
Citra berdiri di hadapannya, tetapi sebelum Citra berbicara. Ia mengajak Citra
untuk datang kerumahnya. Di rumah, Reinald mengingatkan Citra kembali pada
Ronald dengan menyerahkan foto Ronald, karena sebelumnya Ronald pernah menolong
Citra karena keisengannya. Namun Citra sedikit pun tidak mengingat wajah itu.
Keesokan harinya, Reinald menyuruh Roni pindah
tempat duduk bersama Loni dan Reinald sendiri duduk dengan Citra. Hari demi
hari di lewati Citra di temani Reinald. Tidak pernah sedikit pun Citra lepas
dari pengetahuaanya. Kadang-kadang Citra bosan dan ingin memberontak, tetapi
Reinald tak merespon itu.
Suatu hari Citra lupa membawa buku cetak Pendidikan
Kewarganegaraan. Citra langsung panik. Namun kepanikan itu mereda ketika
Reinald menyodorkan buku cetaknya pada Citra. Alhasil, saat jam pelajaran
Pendidikan Kewarganegaraan, Reinald dihukum keluar kelas karena tidak membawa
buku cetak.
Hari-hari dihadapi Citra dengan senyuman di temani
Reinald. Kini Ia tidak takut keisengannya membuat Ia sial. Karena ada Reinald
yang selalu berada di sampingnya. Namun bayang-bayang Ronald terus mendatangi
Reinald. Akhirnya Ia memutuskan agar tidak dekat pada Citra. Mulai dari
berangkat sekolah, ke kantin, duduk dan aktivitas lain yang biasa mereka
lakukan bersama kini tidak lagi berjalan dengan kebersamaan. Reinald selalu
mencari alasan agar Ia tidak dekat dengan citra. Hingga Citra merasa bingung
dan kesepian.
Kesendirian itu tidak berlansung lama saat Reinald
menyadari bahwa bukan Citra penyebab kematian abangnya. Hingga pada suatu
saat, Reinald mengajak Citra ke rumahnya untuk belajar bahasa inggris karena
ada ulangan. Ternyata bukan Cuma mereka berdua di rumah melainkan ada Andika
juga.
Sebelum belajar, Citra menyuruh Reinald menyetel
radio. Dengan malas Reinald meminjam radio ke kamar Bi Minah, pembantunya.
Reinald mulai memutar-mutar turning. Tiba-tiba gerakan tangannya berhenti.
Samar-samar di dengarnya lagu Gleen-Dewi yaitu lagu kesukaan abangnya.
Ketika lagu itu berakhir, suara sang penyiar cewek
lansung membuka pembicaraan. Ia memberi tahu bahwa ada tamu di studionya yang
di undang atas permintaan pendengar. Suara itu seperti tidak asing di telinga
Reinald. Suara itu persis dengan suara almarhum abangnya. Sang tamu itu mulai menceritakan
kisah cinta pertamanya yang tidak pernah terwujud dan juga bercerita tentang
adik lelakinya. Ia memiliki gebetan bernama Devi bukan Citra.
Sesaat setelah cerita itu berakhir, Samar-samar
terdengar lagu yang sama ketika di awal perjumpaan tadi disusul dengan suara
sang penyiar yang mengatakan siapapun yang ingin berinteraksi langsung dengan
sang tamu, ada satu nomor telepon yang bisa dihubungi.
Di deringan pertama, sang tamu langsung menjawab
Citra. Mereka berbicara sangat akrab. Ketegangan Reinald bertambah saat Citra
memberi hp nya pada Reinald dari perintah sang tamu. Di telepon sang tamu
berpesan agar selalu menjaga Citra dan sang tamu juga bilang bahwa Ia sayang
dengn Reinald. Kata-kata itu jelas berarti bahwa tamu itu adalah Ronald, almarhum
abangnya.
Keesokannya Reinald mengajak Citra ke makam
abangnya. Reinald menjelaskan semuanya kepada citra. Tapi Citra hanya bisa diam
membungkam. Mereka hanya bisa menyampaikan doa bagi seseorang yang kini dipeluk
bumi dan tidur dalam diam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar