Sinopsis Novel Perempuan Berkalung Sorban Karya Abidah El Khalieqy
Identitas Buku
Judul Buku : Perempuan Berkalung Sorban
Nama pengarang : Abidah El khalieqy
Penerbit : Arti Bumi Intaran
Kota Terbit : Yogyakarta
Tahun Terbit : 2009
Jumlah Halaman : viii + 320 halaman
Ukuran : 13 X 19 cm
ISBN : 978-979-15836-4-1
Judul Buku : Perempuan Berkalung Sorban
Nama pengarang : Abidah El khalieqy
Penerbit : Arti Bumi Intaran
Kota Terbit : Yogyakarta
Tahun Terbit : 2009
Jumlah Halaman : viii + 320 halaman
Ukuran : 13 X 19 cm
ISBN : 978-979-15836-4-1
Sinopsis
Seorang gadis kecil bernama Anisa, hidup di lingkungan pesantren sebagai putri seorang kiyai. Anisa adalah bocah yang lincah dan cerdas, namun posisinya sebagai perempuan menjadikannya tidak bebas berkreasi. Anisa selalu merasa keluarganya dan adat sangat tidak adil. Ia dilarang berkuda, berbicara saat makan, berpendapat, dan bergurau bersama, sementara kedua kakak laki-lakinya diizinkan. Ia juga harus rajin belajar dan bangun pagi, sementara kakaknya boleh bermalas-malasan sesuka hati, semua itu hanya karena ia seorang perempuan. Anisa tidak pernah tinggal diam atas prlakuan itu, ia selalu berontak. Anisa mempunyai seorang saudara sekaligus sebagai satu-satunya sahabat yang selalu memahaminya, Lek Khudori, begitu panggil Anisa. Namun, kedekatan mereka harus terenggang ketika Khudori harus melanjutkan studinya ke Kairo, dan hanya suratlah penyambung bisu hubungan keduanya.
Setelah lulus sekolah dasar, Anisa dipaksa menikah dengan putra seorang kiyai, dialah Syamsudin. Syamsudin selalu melakukan kekerasan dalam rumah tangga, selalu membentak, memukul, memaksa, bahkan dalam berhubungan suami-istri Syamssudin sering meminta yang tidak wajar. Suatu ketika, Anisa didatangi seorang janda yang tengah hamil tua, dia mengaku bahwa anak tersebut adalah buah hatinya bersama Syamsudin. Kemudian Anisa harus bersedia dipoligami. Merasa senasib mendapat perlakuan kurang baik dari Syamsudin, Anisa dan mbak Kalsum, si istri muda, sepakat untuk saling bantu. Mbak Kalsum juga sering belajar mengaji pada Anisa.
Di sisi lain, kembalinya Khudori dari Kairo mengembalikan harapan Anisa untuk memerdekakan diri pula. Dengan ditemani Khudori, Anisa berani menceritakan semua kejadian yang ia alami selama berumah tangga dengan Syamsudin. Kemudian, keluarga Anisa melakukan musyawarah dengan keluarga Syamsudin untuk perceraian mereka. Perceraian itupun terjadi, Anisa merasa sangat lega. Namun, Anisa dan Khudori kembali resah ketika cinta mereka yang tumbuh seiring dengan berjalannya waktu itu tidak mendapat restu dari orang tua Anisa. Mereka kemudian melanjutkan hidup masing-masing sambil menunggu masa idah Anisa dan restu dari orang tuanya.
Anisa melanjutkan studinya, ia kuliah di Jogjakarta. Di sana ia mengikuti organisasi yang mengurusi hak-hak perempuan. Ia juga aktif dalam duni tulis-menulis. Di tengah-tengah kesibukan yang ia nikmati, Khudori kembali datang dan meminangnya. Kali ini Khudori sudah mendapat restu dari orang tua Nisa. Mereka pun menikah. Kehidupan rumah tangga mereka sangat damai. Khudori sering membantu Anisa menyelesaikan pekerjaan rumah tangga. Walaupun kadang terjadi masalah, keduanya bisa mengatasi itu dengan baik. Kebahagiaan mereka bertambah lengkap setelah cukup lama menunggu dengan sabar untuk mendaptkan momongan. Anisa melahirkan seorang bayi yang kemudian diberi nama Mahbub yang berarti cinta kasih.
Suatu hari Anisa dan khudori menghadiri sebuah undangan pernikahan teman lamanya di kampung kelahirannya. Di situ, mereka bertemu kembali dengan syamsudin. Dari matanya, nampak kebencian dan keirian Syamsudin pada Khudori. Kemudian Syamsudin meninggalkan tempat itu. Tak jauh dari pertemuan itu, Anisa mendapat kabar bahwa Khudori mengalami kecelakaan dan tidak dapat diselamatkan lagi. Tuduhan Anisa selalu mengarah pada satu nama: Syamsudin. Namun, bagaimanapun juga ia tak punya bukti yang nyata. Akhirnya ia harus menjalani hidup ini tanpa Khudori dan membesarkan Mahbub sendirian.
Seorang gadis kecil bernama Anisa, hidup di lingkungan pesantren sebagai putri seorang kiyai. Anisa adalah bocah yang lincah dan cerdas, namun posisinya sebagai perempuan menjadikannya tidak bebas berkreasi. Anisa selalu merasa keluarganya dan adat sangat tidak adil. Ia dilarang berkuda, berbicara saat makan, berpendapat, dan bergurau bersama, sementara kedua kakak laki-lakinya diizinkan. Ia juga harus rajin belajar dan bangun pagi, sementara kakaknya boleh bermalas-malasan sesuka hati, semua itu hanya karena ia seorang perempuan. Anisa tidak pernah tinggal diam atas prlakuan itu, ia selalu berontak. Anisa mempunyai seorang saudara sekaligus sebagai satu-satunya sahabat yang selalu memahaminya, Lek Khudori, begitu panggil Anisa. Namun, kedekatan mereka harus terenggang ketika Khudori harus melanjutkan studinya ke Kairo, dan hanya suratlah penyambung bisu hubungan keduanya.
Setelah lulus sekolah dasar, Anisa dipaksa menikah dengan putra seorang kiyai, dialah Syamsudin. Syamsudin selalu melakukan kekerasan dalam rumah tangga, selalu membentak, memukul, memaksa, bahkan dalam berhubungan suami-istri Syamssudin sering meminta yang tidak wajar. Suatu ketika, Anisa didatangi seorang janda yang tengah hamil tua, dia mengaku bahwa anak tersebut adalah buah hatinya bersama Syamsudin. Kemudian Anisa harus bersedia dipoligami. Merasa senasib mendapat perlakuan kurang baik dari Syamsudin, Anisa dan mbak Kalsum, si istri muda, sepakat untuk saling bantu. Mbak Kalsum juga sering belajar mengaji pada Anisa.
Di sisi lain, kembalinya Khudori dari Kairo mengembalikan harapan Anisa untuk memerdekakan diri pula. Dengan ditemani Khudori, Anisa berani menceritakan semua kejadian yang ia alami selama berumah tangga dengan Syamsudin. Kemudian, keluarga Anisa melakukan musyawarah dengan keluarga Syamsudin untuk perceraian mereka. Perceraian itupun terjadi, Anisa merasa sangat lega. Namun, Anisa dan Khudori kembali resah ketika cinta mereka yang tumbuh seiring dengan berjalannya waktu itu tidak mendapat restu dari orang tua Anisa. Mereka kemudian melanjutkan hidup masing-masing sambil menunggu masa idah Anisa dan restu dari orang tuanya.
Anisa melanjutkan studinya, ia kuliah di Jogjakarta. Di sana ia mengikuti organisasi yang mengurusi hak-hak perempuan. Ia juga aktif dalam duni tulis-menulis. Di tengah-tengah kesibukan yang ia nikmati, Khudori kembali datang dan meminangnya. Kali ini Khudori sudah mendapat restu dari orang tua Nisa. Mereka pun menikah. Kehidupan rumah tangga mereka sangat damai. Khudori sering membantu Anisa menyelesaikan pekerjaan rumah tangga. Walaupun kadang terjadi masalah, keduanya bisa mengatasi itu dengan baik. Kebahagiaan mereka bertambah lengkap setelah cukup lama menunggu dengan sabar untuk mendaptkan momongan. Anisa melahirkan seorang bayi yang kemudian diberi nama Mahbub yang berarti cinta kasih.
Suatu hari Anisa dan khudori menghadiri sebuah undangan pernikahan teman lamanya di kampung kelahirannya. Di situ, mereka bertemu kembali dengan syamsudin. Dari matanya, nampak kebencian dan keirian Syamsudin pada Khudori. Kemudian Syamsudin meninggalkan tempat itu. Tak jauh dari pertemuan itu, Anisa mendapat kabar bahwa Khudori mengalami kecelakaan dan tidak dapat diselamatkan lagi. Tuduhan Anisa selalu mengarah pada satu nama: Syamsudin. Namun, bagaimanapun juga ia tak punya bukti yang nyata. Akhirnya ia harus menjalani hidup ini tanpa Khudori dan membesarkan Mahbub sendirian.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar